10 Hal Yang Perlu Dihindari Agar Dapat Membangun Hidup Dengan Lebih Mapan

1. Malas mencatat pengeluaran

Kamu nggak merasa kamu boros. Tapi, kamu sering kehabisan uang sebelum akhir bulan. Dan kamu nggak tahu apa yang salah. Mungkin uangmu habis sedikit demi sedikit untuk berbagai pengeluaran kecil yang terjadi berkali-kali. Solusinya: biasakan diri mencatat pengeluaran. Mulai dari rokok, kopi, sarapan — catat semuanya. Dengan ini, kamu bisa tahu pengeluaran apa yang harus diminimalisir, dan bagaimana cara meminimalisirnya.

2. Tak cukup menabungRata-rata, penduduk Indonesia hanya menabung 8% dari pengeluaran total mereka. Padahal kalau mau hidup mapan, kamu harus punya tabungan yang cukup. Tabungan juga penting supaya kamu nggak kocar-kacir dan terpaksa ngutang saat jatuh sakit atau ada kebutuhan mendadak.

3. Kamu terlalu gampang ngutang

Beberapa jenis utang — seperti KPR atau kredit modal usaha — memang nggak terhindarkan. Tapi, kalau yang melilitmu adalah utang kartu kredit?
Ingat: kartu kredit ibarat medan perang antara nasabah dan bank. Kalau nasabah menang, dia bakal dapat banyak diskon dan fasilitas tanpa harus tekor. Tapi kalau nasabah kalah, bisa-bisa dia kehilangan rumah.

4. Kamu nggak punya rencana keuangan

Iya sih, “rencana keuangan” mungkin terdengar membosankan. Tapi gimana bisa kamu mencapai sesuatu kalau kamu nggak tahu apa yang jelasnya mau kamu capai?

5. Kamu nggak punya dana darurat

Menurut para ahli keuangan, kamu mesti punya dana senilai enam bulan gaji untuk sewaktu-waktu menutup keperluan darurat. Kamu atau anggota keluargamu bisa sakit mendadak atau terkena musibah. Kalau nggak punya dana cadangan, apa yang bisa kamu lakukan? Utang bukan pilihan, apa lagi mengingat bunga-nya.

6. Kamu terlambat membenahi keuangan

Kamu sudah mulai sadar untuk memperbaiki anggaran yang bocor, tapi butuh waktu lebih agar kondisi keuanganmu benar-benar mapan. Pertahankan semangat — pikirkan apa yang akan kamu dapatkan sebagai imbalan kerja kerasmu.

7. Kamu lebih suka mengeluh daripada berusaha

“Jakarta mahal!” “Gaji kurang, lembur mulu!” “Nggak tahu lah. Kayaknya bakal kelilit utang seumur hidup.”
Kalau memang situasimu nggak adil, pikirkan bagaimana caranya kamu bisa meminimalisir akibat ketidakadilan itu. Pikirkan betapa bahagianya kamu begitu bisa keluar dari situasi itu.

8. Kamu nggak (mau) memikirkan masa depan

Makan malam di tempat mahal nggak jadi masalah buatmu, bahkan kalau kamu nggak punya apa-apa buat makan besok. Kamu nggak logis. Kamu impulsif. Dan kamu bangga akan itu.
Mungkin sampai sekarang orang-orang di sekitarmu masih tahan dengan sifat borosmu. Tapi ingat: mereka hanya akan ikhlas menolong kalau mereka tahu kamu usaha. Susah untuk percaya bahwa orang yang nggak berusaha pantas buat dibantu.

9. Kamu terlalu mengambil resiko dalam investasi

Apakah kamu spekulan? Kalau iya, apakah namamu George Soros?
Kalau bukan, lebih baik jangan terlalu ambil resiko dalam investasi. Sebuah portofolio investasi idealnya terdiri dari beberapa proyek dengan resiko yang bervariasi.
Memang, kamu bisa saja beruntung dan cepat balik modal. Tapi kalau cuma mengandalkan nasib, apa bedanya investasimu dengan judi?

10. Kamu nggak paham kerasnya hidup.

Masalah utamamu bukan gaya hidup yang boros, bukan pula kecenderungan untuk ceroboh. Masalah utamamu adalah kamu nggak paham kerasnya hidup. Kamu selalu punya orang di belakangmu yang akan memikul akibat dari kesalahan-kesalahanmu. Kamu selalu yakin — entah bagaimana — bahwa Tuhan akan selalu mencukupkanmu.
Padahal, nggak ada orang yang pernah tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya besok. Kamu nggak akan tahu sampai kapan orang-orang akan tahan denganmu. Kamu nggak tahu sampai kapan Tuhan bersabar terhadapmu. Kamu bahkan nggak tahu kenapa dan untuk apa kamu hidup.

Kalau kamu termasuk orang di kategori terakhir dan kamu membaca artikel ini, mungkin kami boleh berasumsi bahwa kamu sedang berusaha mengubah hidup. Kami bukan power ranger: kami nggak bisa memberimu tips untuk berubah. Yang kami tahu adalah – boleh percaya boleh tidak – kamu nggak perlu tahu makna hidup yang sebenarnya untuk punya hidup bermakna.

Referensi :
www.hipwee.com

0 comments